Ikigai

Raison d'être, begitu yang pernah saya dengar, yang merupakan terjemahan dari Ikigai. Dan banyak yang menerjemahkan kalimat bahasa Perancis tersebut sebagai "alasan untuk hidup", Jika berkaca dari bahasa Jepangnya sendiri (dan segala keterbatasan pemahaman saya dalam Bahasa Jepang, mohon dimaafkan), dapat dipisahkan antara 生き (iki) dan 甲斐 (gai, kai jika tidak dibarengi dengan kata sebelumnya). 生き (iki), bermakna kehidupan. Dan  甲斐 (gai) adalah dampak/kebermanfaatan. Sehingga, secara literal, ikigai adalah dampak yang ditimbulkan dari hidup seseorang, dari aspek kebermanfaatan.

Namun, yang menarik dari kata "gai" tersebut adalah makna dari setiap kanji-nya. Salah satu makna dari kanji  甲 adalah first class/A grade; yang paling top. Dan 斐 bermakna indah, dan teratur. Kalau saya boleh memetik makna, 甲斐 (gai) adalah dampak yang bersifat terbaik, indah, dan teratur.

Ada empat aspek yang menentukan ikigai dari seseorang, yaitu:

1. Hal yang ia sukai (bahkan cintai); yang melakukannya tak akan pernah menjadi beban walaupun dikerjakan di saat mengantuk di tengah malam atau sedang lelah-lelahnya.
2. Hal yang dunia butuhkan; yang tanpanya kehidupan manusia tidak membaik
3. Hal yang bisa membuat dapurmu tetap ngebul (bahasa lain dari "hal yang bisa membuatmu dibayar")
4. Hal yang bisa kau lakukan dengan baik (yang kadang belum tentu sama dengan hal yang kita cintai)

Dan, hal-hal yang beririsan punya nama lain, silakan lihat gambar berikut:

(Pernah mendengar "kerja sesuai passion"? Sumber gambar: ResearchGate)


Mungkin dalam benak kita, terbaik; yang indah, dan teratur diterjemahkan sebagai kesempurnaan. Sekilas, ikigai memang nampak seperti itu. Sangat perfect. Namun, ada salah satu konsep lain dalam falsafah Jepang, yaitu wabi-sabi. Saya tak akan mencoba memahami wabi-sabi lebih dalam secara bahasa maupun maknanya dalam postingan ini, mungkin akan lanjut di posting selanjutnya.

Wabi-sabi adalah falsafah Jepang yang menerima ketidaksempurnaan sebagai bagian dari manusia, dan hal yang berkaitan dalam hidupnya. Alih-alih menutupi ketidaksempurnaan, ketidaksempurnaan ditampakkan sebagai bagian dalam proses hidup. Dan kefanaan adalah satu-satunya keniscayaan dalam hidup ini.

Manusia dan lingkungannya tak akan pernah ada yang sempurna. Dalam luaran, atau sekilas yang sempurna, jika dilihat lebih mendetail lagi, akan selalu ditemukan ketidaksempurnaan. Bahkan, ada kesalahan berpikir yang disebut sebagai The Perfectionist Fallacy, yang menyatakan bahwa jika suatu solusi tidak sempurna, maka solusi tersebut harus ditolak. Atau yang lebih menyesakkan, jika seseorang tidak sempurna dalam melakukan sesuatu, maka ia harus ditolak dari mengerjakan pekerjaan tersebut (dan ini yang kini marak terjadi, meskipun orangnya sangat kompeten, atau memiliki kemauan belajar yang tinggi).

Ikigai dan wabi-sabi adalah dua falsafah Jepang yang sebetulnya sangat manis berpadu. Jika keduanya berpadu menjadi panduan dalam kehidupan, seseorang akan bekerja dengan sepenuh hati, dengan tujuan yang mulia: mengabdikan hidup demi kebahagiaan umat manusia; baik ia sendiri maupun orang lain.

Bukankah kebahagiaan dan kesenangan adalah dua hal yang berbeda?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(m)IRC

Distro Hopping (1)

Harta