Memetik Makna

Sebetulnya kejadiannya terjadi beberapa waktu yang lalu, namun saya baru enak sekarang menceritakannya. Singkatnya cerita, saya membeli kamera, namun uang yang saya bayarkan tidak sebanding dengan apa yang didapat. Lebih nyelekitnya lagi: beli barang yang nampak bekas dengan harga dua kali lipat harga baru.

Entah apa yang merasuki saya waktu itu, rasa-rasanya tak ada kendali untuk batal membeli barang itu. Walau hati merasakan tidak enak dan berusaha mengerem, tetap saja transaksi berjalan. Saya yang biasanya kritikal dan menunda-nunda untuk menimbang dalam membeli barang, entah kenapa begitu saja membeli kamera itu.

Saya sudah tak mau menceritakan kronologi ceritanya, namun saya sempat meninggalkan jejak di kolom komentar salah satu posting blog tentang modus penipuan kamera. Monggo cari saja di Google; semoga jadi database yang mencegah korban selanjutnya.

Kembali ke saat itu, perasaan kesal, marah, kecewa, lelah, sedih, bercampur aduk. Saya bercerita dengan ibu dan ibu saya sepakat dengan saya bahwa itu adalah kebodohan saya. Namun ada satu kalimat yang membuat saya sadar akan sisi lainnya, selain kebodohan saya: "mungkin sedang dibersihkan"

Ketika sudah mulai tenang, saya kembali merenungkan kalimat itu. Betul, saya lupa akan banyak hal. Namun yang paling besar adalah lupa mendekatkan diri kepada Allah, dan bersilaturahmi dengan mereka yang Ia cintai. 

---

Entah valid atau tidak, konon kejadian yang saya alami sering terjadi akibat ulah tipu daya makhluk astral yang terikat perjanjian oleh manusia (biasanya karena manusia-nya yang mengikatkan diri dengan mereka). Saya percaya akan hal itu karena pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Dan siapa sangka, hal buruknya menimpa saya sendiri, yang baru saya sadari setelah terjadinya.

Apabila mencoba bercermin pada keadaan diri, memang waktu itu saya sedang dalam keadaan yang cukup lelah, karena perjalanan dari BEC ke rumah cukup jauh, dan sebelumnya saya membantu saudara yang jatuh sakit. Dan, yang cukup fatal adalah saya berangkat sendiri dan yang ada dalam bayangan hanyalah budget, bukan barang.

Tiga celah besar: 1. Lelah, 2. Sendiri, 3. Tidak kukuh tujuan. Meski besar faktor dari sayanya, bukan tidak mungkin juga dari makhluk astral. Jujur, saya tidak tahu. Tapi, saya tak mau terlalu menyalahkan makhluk astral untuk kabur dari kesalahan diri, dan tak mau juga terlalu mengabaikan dimensi lain itu, karena hal itu jadi pengingat untuk lebih mendekatkan diri pada-Nya. Barangkali saat saya tidak lelah, tidak sendiri, dan kukuh pendirian, tetap saja tertipu karena tidak ada penjagaan dari-Nya?

Dan karena jauhnya saya dengan Allah dan mereka yang Ia cintai saat itu, disaat hampir terjerumus.... Saya sebetulnya diselamatkan, namun dengan "sentilan" kasih sayang-Nya. Kalau tidak diselamatkan, pasti kerugian yang saya alami akan jauh lebih besar. Saya seolah disentil, diingatkan pada kasih sayang-Nya dan penjagaan-Nya Yang Tak Pernah Tidur.

Rasa-rasanya hidup sendiri saja. Namun dalam kesendirian itu saya lupa ada yang dapat didekati, dan memberikan ketenangan hati.

----

Sentilan itu tidak hanya terkait silaturahmi; dengan-Nya, dengan orang-orang yang dicintai-Nya, dan sesama manusia. Namun juga akan niat dalam hati ketika melakukan suatu tindakan.

Beberapa hari setelahnya, saya diingatkan akan kalimat Basmallah; dan akan kedalaman dari kalimat tersebut, dan titik pada huruf Ba. Ya, saya lupa meniatkan membeli kamera tersebut dengan kalimat Basmallah. Dan di saat saya lupa pada-Nya, Tuhan Yang Maha Baik masih amat sangat baik menyelamatkan saya dari jurang, dan juga memberikan sentilan agar saya sadar.

Hatur nuhun, Gusti. Betapa Maha Baiknya Engkau.
Izinkan aku mengingat makna ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(m)IRC

Distro Hopping (1)

Harta