Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2024

Harta

Cukup sering kita mendengar "harta tidak akan dibawa mati". Kalimat yang seolah mengingatkan kita untuk tidak terikat akan harta duniawi yang bersifat materil. Namun pada pandangan lain, bisa saja kalimat tersebut dimaknai sebagai "harta tidak akan dibawa mati, habiskan sekarang!". Kalimat itu tidak salah, namun rasanya hanya kurang lengkap, atau... kurang tepat? Pemaknaan setelahnya dari kalimat itu bisa membuat berbagai sisi pandangan. "Harta tidak akan dibawa mati, habiskan sekarang!"; habiskannya dengan cara apa? Bisa berfoya-foya, atau bisa juga diwakafkan untuk pembangunan perpustakaan misalnya. Jika yang dipilih adalah berfoya-foya, maka, seperti apakah makna kalimat tersebut sekarang? Melengkapi kalimat itu setelahnya diserahkan pada masing-masing. Namun, tadi baru saja saya terpikir akan kelanjutan dari kalimat tersebut, yang entah dari mana pikiran tersebut bisa muncul. Sehingga, kalimat yang ada di benak saya sekarang adalah "harta  akan di...

Memetik Makna

Sebetulnya kejadiannya terjadi beberapa waktu yang lalu, namun saya baru enak sekarang menceritakannya. Singkatnya cerita, saya membeli kamera, namun uang yang saya bayarkan tidak sebanding dengan apa yang didapat. Lebih nyelekitnya lagi: beli barang yang nampak bekas dengan harga dua kali lipat harga baru. Entah apa yang merasuki saya waktu itu, rasa-rasanya tak ada kendali untuk batal membeli barang itu. Walau hati merasakan tidak enak dan berusaha mengerem, tetap saja transaksi berjalan. Saya yang biasanya kritikal dan menunda-nunda untuk menimbang dalam membeli barang, entah kenapa begitu saja membeli kamera itu. Saya sudah tak mau menceritakan kronologi ceritanya, namun saya sempat meninggalkan jejak di kolom komentar salah satu posting blog tentang modus penipuan kamera. Monggo cari saja di Google; semoga jadi database yang mencegah korban selanjutnya. Kembali ke saat itu, perasaan kesal, marah, kecewa, lelah, sedih, bercampur aduk. Saya bercerita dengan ibu dan ibu saya sepakat ...

Silaturahmi

Tidak terasa sudah empat tahun kita lalui semenjak kasus pertama COVID 2019 yang menjadi awal mula pandemi di Indonesia. Situasi kala itu, setidaknya bagiku, mencekam. Hampir setiap hari selalu ada yang meninggal di lingkungan tempatku tinggal. Berita kematian dan grafik-grafik statistik penularan COVID menjadi headline dalam berita. PSBB diberlakukan dan Bandung seperti kota mati (walaupun saya tidak keluar sampai dengan Lebaran 2020 hanya untuk sekedar keliling kota menghindari keramaian). Interaksi sosial hanya terbatas pada online, bertatap muka melalui telepon dan teks, serta sesekali dengan video call.  Tahun 2021 malah lebih mencekam dengan adanya Delta, dan Lebaran pun tidak kemana-mana. Kasus kematian meningkat. Dan sedikit mengenang, tahun 2021 adalah tahun kesedihan dimana aku kehilangan salah satu orang yang memberikan begitu banyak pengaruh positif bagi kehidupanku; yang tanpanya mungkin aku akan tetap menjadi orang yang jauh lebih menyebalkan. Al-Fatihah untuk beliau,...