Distro Hopping (1)

Sebetulnya, saya sudah coba-coba dengan Linux sejak (sekitar... lupa) tahun 2008 di waktu sekolah. Vakum di waktu awal kuliah, lalu kembali mencoba lagi tahun 2017 semasa kuliah (yang jurusannya sangat jauh dengan Informatika). Awalnya hanya niat iseng-iseng saja mencoba yang berbeda. Namun, pada 2018 vakum karena saat itu sedang butuh yang benar-benar "standar" dan untuk oprek-oprek masih sangat minim (dan berisiko, lagi nyekripsi gitu). Tahun 2019 kembali bercokol dengan Linux untuk mini project pertama, yaitu memasang Samba Server, Moodle Server, dan DHCP server di salah satu sekolah di Bandung.

Ingatan saya mungkin miss; menulis sambil mencoba kembali mengingat. Waktu pertama kali mencoba Linux, saya mencoba Ubuntu. Pertama bertemu Ubuntu dari DVD salah satu majalah komputer (Hmm... PC Media, Chip, InfoLinux, atau apa ya? Btw, waktu masih jaman majalah seru loh), saya coba install dual-boot dengan Windows Vista di laptop. Pengalaman baru itu sebetulnya membuat pusing karena mengganggu Windows, sampai Windows pundung nggak mau nyala lagi (dan laptopnya punya kakak, otomatis kena omel. Tapi bersyukur setidaknya datanya aman).

Dan sampai ketika punya laptop sendiri (tepatnya, netbook era kelas RSBI tahun 2009-2010an), barulah kebebasan! Dipasanglah Windows 7 RC (yang gambarnya cupang) dan beberapa waktu setelahnya lanjut eksperimen "dipasangkan" dengan Ubuntu dengan Wallpaper Default warna ungu dan top bar berwarna hitam (lihat di Wikipedia, versi 10.10). Laptop saya memang paling aneh di kelas waktu itu. Tapi masa-masa itulah terasa eksplorasi itu begitu menyenangkan.

Percepat... Waktu kuliah saya vakum dengan Linux karena sedang "dimabok" OS X. Mulai jenuh, eksperimen lagi...

Waktu 2017 itu, Slackware menjadi distro pilihan untuk dioprek. Pilihan yang aneh (sepertinya), tapi karena belum pernah pakai jadinya penasaran. Penasaran berujung buntu karena jadinya saya tidak bisa ngapa-ngapain haha. Waktu itu sambil nyambi menjadi IT di salah satu sekolah, dan sangat bergantung pada software grafis berlogo A dan software produktif paling populer (dan paling sering dibajak) di dunia.

Karena hal itu dan sedang skripsi, vakumlah dari dunia Linux. Lanjut lagi 2019 yang dimulai dari mini project pertama. Waktu itu, Debian Linux adalah yang saya pilih, karena pertimbangan stabilitasnya yang konon rock-solid (sebagai buah manfaat dari packagesnya yang jadul namun telah teruji). Dari semenjak itulah, saya mulai tertarik untuk menggunakan Linux.

Setelah memasang server tersebut, mulailah saya bereksperimen dengan distro-distro Linux. Awalnya, saya mencoba memasang Manjaro di MBP 2011. Ada problem dengan beberapa komponen termasuk audio, sehingga laptop menjadi seperti habis masuk oven, kemudian saya kembalikan lagi ke macOS. Selidik punya selidik, ternyata panas itu akibat bug di kernel terkait Thunderbolt 2, sehingga ringkasnya, Thunderbolt aktif terus walau tak ada perangkat yang tersambung. Dan untuk audio yang phone jack nya tidak bisa digunakan (hanya muncul cahaya, mungkin Toslinknya aktif) dan tidak bisa menggunakan mic, sampai sekarang masih menjadi misteri. 

Lanjut ke Arch Linux, install ke desktop. Dan itu sering juga bermasalah, dan hampir semuanya disebabkan oleh package yang belum terpasang, dan config yang belum di-config. Yah, Arch Linux ini seperti mobil dengan mesin manual. Semuanya serba manual. Tapi disitulah sebetulnya kekuatannya: menjadi distro yang paling customizable seseuai dengan kebutuhan usernya, power user :).

Kemudian, eksperimen dengan Elementary OS, based on Arch Linux. Dipasang ke MBP 2011. Dan bagi saya, ini pengalaman menggunakan Arch Linux terbaik. Saya waktu itu "keukeuh" dengan Arch Linux karena suka dengan AUR-nya. Setelah sekian lama pakai (dengan driver Thunderbolt di blacklist), laptop ini sudah menunjukkan keuzurannya. Dari hasil menabung semasa kerja, A514-54 kupinang.

Di awal-awal, saya pakai Windows 10 (downgrade dari bawaannya, 11). Belum pakai Linux karena laptopnya belum setahun (AKA masih segel). Setelah setahun lebih sehari, RAM diupgrade dan SSD ditambahkan. Saatnya kembali bermain dengan Linux! 

(bersambung, serunya setelah ini... Perjuangan dengan suspend yang panas akibat s0ix, hibernate gagal, dsb dsb...)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(m)IRC

Harta